Wakaf Kesehatan di Era Kejayaan Peradaban Islam

Wakaf Kesehatan di Pakistan dan Malaysia

Mustafa Assiba’i dalam bukunya Min Rawai’ Hadharatina menyebutkan bahwa salah satu jenis wakaf yang utama pada masa kejayaan peradaban Islam adalah wakaf kesehatan yaitu rumah sakit yang disebut dengan Bimaristan dan lembaga pendidikan kedokteran. Bimaristan tidak hanya berfungsi untuk mengobati pasien tetapi berfungsi juga sebagai lembaga pendidikan kedokteran.

Bimaristan wakaf pertama dibangun oleh Khalifah Umayyah al-Walid bin Abdul Malik di Damaskus tahun 88 H yang mempekerjakan para dokter dan perawat untuk memberikan pengobatan dan perawatan kepada pasien. Selanjutnya Ahmad bin Thulun membangun Bimaristan wakaf di Mesir yang menghabiskan dana 60 ribu dinar. Setiap hari Jumat ia mendatangi Bimaristan yang dibangunnya untuk memeriksa kondisi pasien.

Berikutnya Nuruddin Zanki membangun Bimaristan wakaf di Damaskus. Ibnu Jabir sang penjelajah berkata Nuruddin Zanki memiliki daftar pasien dan memberikan biaya yang diperlukan untuk obat-obatan, makanan dan lain-lain, setiap hari dokter memeriksa pasien dan menyiapkan obat-obatan. Ibnu Katsir menambahkan bahwa Nuruddin Zanki mewakafkan Bimaristan hanya untuk fakir miskin, tidak termasuk orang kaya kecuali tidak ditemukan obat yang menyembuhkan penyakit yang diderita oleh orang kaya, maka orang kaya itu boleh berobat dan dirawat di Bimarstan tersebut.

Bimaristan wakaf lainnya adalah Bimaristan al-Mansyuri yang disebut dengan Bimaristan Qalawun yang dibangun oleh Raja al-Mansyur Saefuddin Qalawun di Cairo tahun 673 H. Untuk biaya operasionalnya, ia mewakafkan properti yang menghasilkan seribu dirham setiap tahunnya. Bimaristan ini dilengkapi dengan masjid, sekolah, dan perpustakaan, semua orang dilayani secara gratis bahkan pasien yang sembuh dan pulang diberikan pakaian dan uang yang cukup sampai mampu bekerja, yang meninggal diberikan pelayanan secara gratis dari mulai memandikan, mengkafani, dan menguburkan.

Bimaristan Qalawun mempekerjakan dokter dengan beragam spesialisasi, perawat dan tenaga non medis untuk melayani pasien, membersihkan kamar pasien, dan mencucikan pakaiannya. Bahkan pelayanan yang diberikan tidak hanya untuk pasien yang dirawat di Bimaristan, namun mereka yang sakit di rumah diberikan juga pelayanan kesehatan, obat dan makanan.

Ada juga Bimaristan Adhudi yang dibangun oleh Daulah bin Buwaih Tahun 371 H di Baghdad yang menghabiskan dana yang sangat banyak. Bimaristan ini mempekerjakan 24 dokter, memiliki fasilitas pendukung seperti perpustakaan, apotek, dapur, dan gudang.

Bimaristan wakaf lainnya dibangun oleh Harun al-Rasyid di Baghdad. Perhatiannya yang besar pada kesehatan dan fasilitas pelayanannya, mendorongnya untuk mewakafkan harta bendanya untuk membangun kota terpadu. Ibnu Jabir menyebutkan bahwa di Baghdad terdapat kota terpadu yang megah, di dalamnya ada rumah sakit, pasar, rumah-rumah, taman-taman yang indah sebagai wakaf produktif yang hasilnya untuk membiayai operasional atau kebutuhan rumah sakit, pasien, dokter, apoteker, dan mahasiswa kedokteran.

Di Marrakech Maroko, Yakub al-Mansyur membangun Bimaristan wakaf di lokasi yang sangat strategis, semua keperluan pasien disediakan seperti dokter, apotek, obat-obatan, makanan, pakaian, dan sebagainya.

Masih banyak Bimaristan wakaf yang ada di negeri-negeri Islam lainnya seperti di Andalusia, Turki Utsmani yang memiliki peran besar dalam kesehatan khususnya kesehatan fakir miskin.

Setiap Bimaristan memiliki aula yang besar untuk perkuliahan kedokteran yang mengajarkan ilmu kedokteran, perpustakaan yang memiliki banyak koleksi buku kedokteran dan buku-buku lainnya yang diperlukan para dokter dan mahasiswa. Sebagai contoh di Bimaristan Ibnu Thulun di Cairo memiliki perpustakaan dengan koleksi buku lebih dari 100 ribu buku.

Kejayaan Bimaristan wakaf pada masa lalu, mendorong banyak pihak di berbagai negara untuk menggerakkan kembali wakaf kesehatan. Termasuk di Indonesia. Di Kuwait, untuk mewujudkan peran wakaf dalam bidang kesehatan, antara lain dibangun Pusat Kuwait untuk Penderita Autis oleh Kuwait Awqaf Public Foundation (KAPF). Para penderita autis selain diberikan perawatan dan pengobatan, diberikan juga pendidikan dan pengajaran. Masyarakat juga diedukasi tentang pentingnya memberikan perhatian terhadap penyakit autis sebagai salah satu penyakit yang tersebar luas di dunia.

Penulis : Dr. Fahruroji (Anggota Badan Wakaf Indonesia)

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *