Literasi Wakaf, Upaya Maksimalisasi Potensi dan Minimalisasi Konflik

Penulis : Muhammad Faizin

Potensi wakaf memiliki dampak yang luar biasa dalam pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Melalui wakaf, aset-aset produktif seperti tanah, properti, dan investasi dapat diamanatkan untuk tujuan amal. Hal ini berpotensi memberikan sumbangan berkelanjutan bagi pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang membutuhkan.

Berdasarkan Sistem Informasi Wakaf Kemenag tahun 2022, tanah wakaf di Indonesia sudah tersebar di 440,5 ribu titik dengan total luas mencapai 57,2 hektar. Selain itu potensi sektor perwakafan di Indonesia, terutama wakaf uang, ditaksir dapat mencapai angka Rp180 triliun per tahun. Badan Wakaf Indonesia mencatat perolehan wakaf uang mencapai Rp.1,4 triliun per Maret 2022. Angka ini mengalami kenaikan jika dibandingkan perolehan wakaf uang yang terkumpul sepanjang 2018-2021 senilai Rp.855 miliar.

Potensi luar biasa ini penting untuk dikelola dengan baik karena memiliki potensi mempromosikan inklusi sosial dan mengurangi disparitas ekonomi dengan mengalokasikan sumber daya kepada kelompok yang rentan. Dengan pengelolaan yang bijaksana, potensi wakaf dapat menjadi alat yang kuat dalam menciptakan perubahan positif dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Namun, terdapat sejumlah masalah yang perlu diatasi dalam pengelolaan wakaf. Salah satu masalah utama adalah kurangnya kompetensi dan pengetahuan dalam mengelola aset wakaf secara efektif. Di tengah masyarakat banyak dijumpai nadzir (pengelola wakaf) baik itu perseorangan, yayasan, atau organisasi yang belum bisa memaksimalkan potensi wakaf dan tidak memiliki keahlian yang memadai dalam mengelola dana dan properti wakaf. Imbasnya, potensi yang seharusnya dimaksimalkan untuk kemaslahatan masyarakat tidak dapat terealisasi sepenuhnya.

Selain itu, konflik kepentingan juga sering muncul dalam kasus perebutan hak waris wakaf. Klaim dan tuntutan berbagai pihak terhadap aset wakaf dapat menyebabkan pertikaian yang panjang dan merugikan, menghambat pelaksanaan tujuan amal dari wakaf tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan mekanisme pengawasan dan pengelolaan yang transparan, serta pendekatan hukum yang jelas, guna mengatasi masalah-masalah ini dan memastikan bahwa potensi wakaf benar-benar dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Dalam rangka mengoptimalkan manfaat potensi wakaf, penting bagi masyarakat untuk memiliki literasi wakaf yang cukup. Pendidikan dan pemahaman yang baik mengenai konsep, manfaat, dan cara pengelolaan wakaf dapat membantu masyarakat dalam berpartisipasi secara aktif dan efektif dalam upaya amal ini. Kegiatan literasi wakaf dapat beragam dan dirancang untuk mengedukasi masyarakat tentang konsep dan manfaat wakaf. Beberapa bentuk kegiatan literasi dapat dilakukan meliputi:

Pertama, Sosialisasi dan Seminar. Mengadakan seminar, lokakarya, atau diskusi publik tentang wakaf untuk membahas manfaat, proses, dan aspek hukum terkait wakaf. Ini dapat melibatkan para ahli wakaf, ulama, dan praktisi yang berpengalaman.

Kedua, Pelatihan Pendidikan. Mengembangkan program pelatihan atau kurikulum yang mencakup pengetahuan dasar tentang wakaf, termasuk jenis-jenisnya, tata cara pengelolaan, dan dampaknya bagi masyarakat.

Ketiga, Penerbitan Materi Edukatif. Menerbitkan buku, brosur, pamflet, atau artikel tentang wakaf untuk memberikan informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat umum.   Keempat, Media Sosial dan Kampanye Online. Menggunakan media sosial dan platform online untuk menyebarkan informasi tentang wakaf, termasuk infografis, video pendek, dan cerita inspiratif.

Kelima, Kelas Online. Menyelenggarakan kelas online atau webinar interaktif tentang wakaf, di mana peserta dapat berinteraksi langsung dengan fasilitator dan bertanya mengenai topik wakaf. Peserta bisa melibatkan para wakif maupun nadzir.

Keenam, Pameran. Mengadakan pameran wakaf yang menampilkan contoh kasus sukses, proyek wakaf, dan produk-produk yang dihasilkan dari wakaf, seperti pendidikan dan pelatihan.

Ketujuh, Kegiatan Kampus dan Sekolah. Memasukkan literasi wakaf dalam kurikulum sekolah atau kegiatan kampus untuk mengajarkan nilai-nilai sosial dan kemasyarakatan melalui konsep wakaf kepada para generasi muda yang merupakan penerus kepemimpinan di masa yang akan datang.

Kedelapan, Program Pendampingan. Menyelenggarakan program pendampingan yang melibatkan pemberi wakaf dan penerima manfaat, untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang implementasi wakaf.

Kesembilan, Kemitraan dengan Lembaga Agama. Bekerja sama dengan lembaga agama untuk menyampaikan pesan literasi wakaf melalui khutbah, ceramah, dan program-program keagamaan lainnya.

Kesepuluh, Kompetisi dan Kontes. Mengadakan kompetisi menulis, lomba video, atau karya seni terkait wakaf untuk memotivasi partisipasi masyarakat dalam memahami konsep wakaf secara kreatif.

Selain literasi, tata kelola atau manajemen yang baik juga perlu diperkuat di antaranya meliputi penataan, pendataan, dan legalisasi aset wakaf sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ini bukan hanya melindungi hak-hak pemberi wakaf dan penerima manfaat, tetapi juga menjaga keberlanjutan dan transparansi dalam pengelolaan aset wakaf.

Dengan adanya kerangka hukum yang jelas, potensi konflik dan kesalahan pengelolaan dapat diminimalkan, sementara dampak positif wakaf dapat lebih mudah dirasakan oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, literasi wakaf dan tata kelola yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan menjadi landasan penting dalam memaksimalkan dampak positif wakaf bagi kemaslahatan bersama.

Saat ini, pemerintah juga sudah memiliki payung hukum berupa peraturan perundang-undangan untuk menangani perwakafan. Di antaranya adalah (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *