JAKARTA–Masjid merupakan salah satu ikon penting umat Islam. Keberadaan masjid yang indah dan bersih tentu saja sangat membanggakan dan membuat citra Islam semakin baik. Apalagi jika masjid bisa melaksanakan fungsi sosial pemberdayaan umat secara mandiri, tanpa menengadahkan tangan. Tentu itu sangat baik dan progresif.
Itulah salah satu alasan Badan Wakaf Indonesia (BWI) mengundang beberapa masjid besar di Indonesia dalam rangka sosialisasi administrasi wakaf, wakaf produktif, dan wakaf uang. “Ya, kita ingin masjid-masjid besar ini menjadi teladan sebagai masjid yang dikelola secara produktif, keberadaannya secara legal baik, dan mampu menjadi pilar kesejahteraan umat,” jelas Direktur Eksekutif BWI, Achmad Djunaedi, Senin (18/11/2013).
Menurut Djunaedi, sejauh ini belum banyak masjid di Indonesia yang mampu membiayai operasionalnya secara mandiri, apalagi sampai mendanai berbagai proyek pemberdayaan di masyarakat. Pada umumnya masjid masih mengandalkan kotak amal.
Yang lebih memprihatinkan, menurut Djunaedi, sebagian masjid besar malah belum besertifikat wakaf. “Hal ini sangat riskan. Bisa-bisa nanti dijual atau diserobot orang-orang yang tidak benar.”
Rencananya, acara silaturahmi BWI dan masjid-masjid besar akan dilaksanakan di kantor BWI di bilangan Taman Mini Indonesia Indah pada hari Selasa (19/11/2013) dan Kamis (21/11/2013). “Acaranya sederhana saja, yang penting substansinya.”
Yang diundang pada acara tersebut antara lain Masjid Baitul Mughni (Gatot Soebroto), Masjid Baitul Mukhlisin (Semanggi), Masjid Said Naum (Tanah Abang), Masjid Hidayatullah (Sudirman), Masjid Raya Pondok Indah, Masjid Agung Sunda kelapa, Masjid Jami Maulana Hasanuddin (Gatot Soebroto), Wakaf Darul Aitam (Tanah Abang), Masjid Al-Husna (Tanjung Priok), Masjid Jami Kebon Jeruk (Jalan Hayam Wuruk), dan Masjid Al-Bayyinah (Setiabudi).[]
Nurkaib