Padang (16/9/08) | Masjid Raya Gantiang merupakan salah satu masjid bersejarah di Kota Padang, Sumatera Barat. Bangunan masjid itu didirikan sejak tahun 1700 M. Berarti sampai saat ini masjid yang terletak di Kelurahan Gantiang, Kecamatan Selatan itu umurnya sudah lebih dari 300 tahun. Pertama kali dibangun, masjid yang berukuran 30 x 30 meter itu, mempunyai konstruksi dari kayu. Didirikan di atas tanah yang merupakan wakaf pemuka-pemuka masyarakat Gantiang, Kota Padang. Kini, masjid yang gaya arsitekturnya mirip masjid Nabawi di Madinah ini dilengkapi dengan perpustakaan.
Sarana ini dibangun belakangan berbarengan dengan renovasi masjid. Langkah ini dirasa sangat efektif dalam melakuan pencerahan pada masyarakat. Apalagi dengan adanya program babaliak ka surau (kembali ke masjid), pembuatan perpustakaan masjid sangat mendukung sekali.
Saat ini, banyak masjid hanya digunakan sebagai tempat ibadah, serta tempat mendengarkan pengajian dari ustad. Padahal untuk menambah ilmu masyarakat, masjid mestinya juga mempunyai ruangan khusus untuk pustaka. Sehingga disamping beribadah, mereka juga bisa membaca buku yang dapat memperdalam ilmunya.
Sebagai pengurus sekaligus ketua panitia renovasi Masjid Raya Gantiang, Asrin Noerdin mengatakan telah memikirkan hal itu sejak lama. “Pengurus sepakat untuk membangun sebuah ruangan sebagai tempat perpustakaan. Hanya saja sampai saat ini diakui Asrin, koleksi bukunya masih kurang,” kata Asrin seperti dikutip Padang Ekspres, (7/9).
Sejak didirikan, masjid ini telah menjadi satu pusat penyiaran Islam di Kota Padang, dan daerah-daerah pesisir pantai lainnya. Hal itu ditandai dengan banyak munculnya sekolah-sekolah agama di sekitar bangunan masjid. Para gurunya dikabarkan sengaja didatangkan dari Arab, di antaranya yang ternama adalah Syekh Abdul Hadi.
Bahkan sekitar tahun 1833 M, ketika terjadinya tsunami, masyarakat Kota Padang juga banyak yang berlindung di bangunan masjid ini. Sebab bangunan masjid, selamat dari empasan ombak besar yang masuk ke pemukiman penduduk.
Namun pada bulan April 2005 lalu, goncangan gempa yang berkekuatan 6,7 SR membuat bangunan masjid banyak yang rusak. Bahkan dua tiang utama di bagian dalam masjid patah. Saat ini dua tiang utama yang patah itu hanya ditopang dengan balok kayu. Ini wajar saja, mengingat umur masjid yang sudah sangat tua. Tetapi berkat bantuan dari kaum muslimin dan muslimat, sedikit demi sedikit renovasi pun terus dilakukan sampai saat ini.
“Masjid Raya Ganting ini pascagempa September 2005 mengalami kerusakan atau keretakan bangunan. Antara lain, tiang-tiang utama cor 25 buah dan tiap tiang diukir nama-nama nabi 25, beberapa bagian dinding depan, sebagian lantai dan kuda-kuda atap (5 tingkat) banyak yang lapuk,” papar Asrin. [padek/aum]