“NU merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia dapat yang menjadi motor penggerak gerakan wakaf,” papar Prof. Dr. Mohammad Nuh, DEA, Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) dalam Pleno PBNU, di Pesantren Al-Muhajirin, Purwakarta, Jumat (20/09/19).
Prof. Dr. Nuh menjelaskan bahwa orang yang dapat mempertahankan eksistensinya di tengah masyarakat adalah yang dapat melakukan perubahan. “Dalam perlombaan balap motor, seseorang dapat menyalip lawannya ketika di tikungan. Kenapa ? Karena terjadi perubahan lintasan, kecepatan serta posisi yang dapat merubah keunggulan seseorang dengan yang lainnya,” pungkas pria 60 tahun tersebut.
Beliau juga menjelaskan nilai dasar NU yang dapat ditransformasikan di era saat ini yaitu pikiran, nasionalisme dan gerakan ekonomi. ”Agar dapat tetap eksis di tengah masyarakat maka fondasinya harus dapat bertransformasi dengan era millenial kini. Fondasi NU sendiri adalah Taswirul Afkar (pemikiran), Nahdlatul Wathon (nasionalisme) dan Nahdlatut Tujjar (ekonomi),” jelas Menteri Pendidikan periode 2009/2014 tersebut.
Terkhusus dengan Nahdlatut Tujjar ( kebangkitan ekonomi), Prof. Dr. Nuh menjelaskan bahwa meningkatnya ekonomi umat dapat diperoleh dengan mengoptimalkan wakaf tunai. Wakaf tunai dapat memberikan akselerasi pertumbuhan ekonomi karena dikelola berkelanjutan secara mandiri sehingga produktif dari masa ke masa.
Oleh karena itu, Prof Dr. Nuh mengajak kader NU untuk berwakaf dengan memberikan demo wakaf melalui mobile banking. Hal ini tidak terlepas dengan kader NU yang mencapai puluhan juta, katakanlah 10 ribu dari kader-kader ini dapat berwakaf secara istiqomah, potensi yang diperoleh pasti sangatlah besar.
Reporter: Amri
Editor: Khayun