Wakaf, Salah Satu Kunci Hadapi Pandemi

Di masa awal pandemi, seluruh masyarakat terkejut. Rumah sakit kesulitan menampung pasien, bahkan beberapa bangunan yang tadinya bukan rumah sakit bahkan disulap untuk merawat pasien. Pembatasan sosial berskala besar berlaku, namun banyak masyarakat yang menjerit karena tak bisa memenuhi kebutuhan hariannya lagi akibat terbatasnya aktivitas.

Kondisi ini mengingatkan Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia Imam Teguh Saptono, akan kondisi yang berbanding terbalik di masa lalu. Pada 981 M, sebuah rumah sakit bernama Al-Adudi berdiri di Baghdad. Tidak hanya yang paling megah di Baghdad saat itu, tetapi rumah sakit ini juga melayani pasiennya dengan luar biasa.

“Di sana ceritanya satu rumah sakit itu di-backup oleh one village land of agriculture. Jadi satu rumah sakit itu di-backup oleh satu hamparan pertanian. Apa yang bisa dibuat oleh rumah sakit saat itu? Satu, pasien tidak perlu membership. Dua, siapa yang sakit tidak ada biaya sedikit pun. Warga negara, bukan warga negara, ataupun musafir. Dan apabila mereka sembuh lalu ketahuan mereka prasejahtera, maka diberikan modal untuk berusaha,” cerita Imam pada Kamis (7/5/2020) kemarin.

Pada saat itu tidak hanya Rumah Sakit Al-Adudi, tetapi setiap rumah sakit didukung oleh unit produksi yang berlandaskan wakaf dari masyarakat. Kekuatan kolektif masyarakat ini yang akhirnya mendukung peradaban tersebut untuk terus maju.

Lewat momen pandemi ini, Imam berharap masyarakat bisa sadar dan membangun kembali aset wakaf mereka.

“Justru dalam kondisi seperti ini, harapannya adalah kita mulai lagi menyadarkan masyarakat sebagai pilar ekonomi umat. Karena tidak lain wakaf itu membicarakan tentang kemampuan untuk bertahan. Membicarakan kapasitas apabila terjadi shock. Apabila terjadi shock yang berkaitan dengan pandemi, kita bicara tentang fasilitas kesehatan, bicara tentang pangan,” ujar Imam.

(act) 

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *