Quo Vadis “Tujuh Masjid” Wakaf

Madinah – Masa depan ‘Tujuh Masjid’ atau yang biasa disebut al-Masajid al-Sab’e di Madinah semakin tidak pasti. Konon, ‘Tujuh Masjid’ ini merupakan wakaf dari para sahabat dan dibangun sebagai benteng pertahanan untuk menghadapi Kaum Qurays yang hendak menyerang Kota Nabi atau Madinah. Kini, lima dari ‘Tujuh Masjid’ sudah ditutup karena perluasan dan juga pemeliharaan.

Dua Masjid lainnya yang masih berdiri kokoh juga terancam untuk ditutup. Yaitu Masjid Salman Al Farisi dan Masjid Al Fateh. Kedua masjid tersebut hingga kini selalu dikunjungi jamaah haji maupun umrah, seperti dilansir Okezone dari Saudi Gazette, (20/11). Terkait dengan hal ini, tidak ada penjelasan badan pemerintah yang bertanggung jawab atas pemeliharaan masjid-masjid ini. Kementerian Urusan Islam, Wakaf, dan Penyuluhan, Komisi Saudi untuk Wisata dan Benda-benda purbakala (SCTA), Wali Kota Madinah, serta Komisi Promosi Kebaikan dan Pencegahan Kejahatan (Hai’a), masing-masing saling tuding bahwa badan lainnya lah yang bertanggungjawab atas pemeliharaan masjid-masjid tersebut.

Namun, Hai’a adalah satu-satunya lembaga yang saat terlihat bertanggung jawab untuk kesejahteraan masjid-masjid tersebut. Beberapa staf Hai’a mengatakan mereka melakukan pekerjaan ini karena mereka ingin pahala dari Allah dan ingin mengikuti jejak Nabi (SAW).

Dalam wawancara Saudi Gazette belum lama ini, Insinyur Abdul Aziz Al-Hussayyin, Wali Kota Madinah, mengatakan Tujuh Masjid akan ditutup karena mereka akan direnovasi seperti situs sejarah dan arkeologi lainnya di daerah tersebut.

Meski begitu, Wali kota menginginkan situs tersebut dilindungi, banyak masjid yang dihancurkan tanpa sepengetahuannya.

Walau Wali kota menentang penghancuran masjid-masjid tersebut, dia mengaku tapi tidak memiliki kekuatan untuk mencegah hal ini terjadi. Itu merupakan otoritas lembaga sejarah yang menyebabkan banyak masjid ditutup.

Al-Fateh Masjid, sebuah masjid di daerah tersebut, juga di bawah tekanan besar. Masjid tersebut berada di gunung dan menerima ratusan ribu pengunjung melalui rute beraspal berjalan ke atas. Ada pengunjung bisa masuk masjid dan mengambil foto.  Eid Bin Abdullah Al-Sa’edi mengatakan dia telah bekerja di Kawasan Bersejarah selama 20 tahun terakhir.

Menurut dia daerah ini merupakan sumber pendapatan bagi banyak orang yang menjual makanan, minuman ringan dan air dingin untuk Umrah dan haji peziarah dan pengunjung. Yang lain menggunakan kendaraan mereka sebagai taksi untuk mengangkut pengunjung dari satu tempat ke tempat lain.

SCTA mengaku menghadapi tekanan dari Hai’a, yang mengatakan banyak pelanggaran Syariah dan keyakinan (aqidah) yang terjadi di masjid-masjid tersebut. Para petugas Hai’a telah menyebarkan sejumlah penerjemah dalam beberapa bahasa untuk menjelaskan pelanggaran kepada pengunjung.

Para Ulama telah mengeluarkan fatwa (fatwa) bahwa tidak diperbolehkan untuk melakukan kunjungan khusus untuk Tujuh Masjid (Al-Masajid Al-Sabe ‘) karena masjid tersebut tidak memiliki keutamaan dalam agama Islam sesuai dengan syariah. (ugo/okezn)

 

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *