Refleksi Hari Lahir BWI ke-14: Melihat Masa Depan Wakaf di Indonesia

Kita sudah mendengar banyak cerita dari zaman Rasulullah SAW bagaimana wakaf dapat membantu terwujudnya kemakmuran negara. Sejarah perwakafan di Indonesia sendiri sudah ada pada sekitar akhir abad ke-12 Masehi saat mulai bermunculan kerajaan Islam di Nusantara. Pada umumnya bentuk wakaf yang dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah masjid, makam, dan madrasah.

Meskipun begitu, ternyata pemahaman masyarakat mengenai wakaf masih terbilang sangat rendah dibandingkan dengan pemahaman mengenai zakat. Menurut Bank Indonesia, potensi wakaf uang bisa mencapai 77 Triliun Rupiah, namun potensi tersebut masih belum dapat terealisasikan secara maksimal karena masih rendahnya literasi wakaf.

Maka dari itu pada tahun 2004, dalam rangka untuk mengembangkan dan memajukan perwakafan di Indonesia, maka Badan Wakaf Indonesia (BWI) hadir sebagai lembaga pemerintah yang berfokus kepada pengelolaan wakaf di Indonesia. BWI juga hadir untuk membimbing para Nazhir agar dapat mengelola aset wakaf dengan baik dan menghasilkan kebermanfaatan yang berkelanjutan bagi masyarakat.

Dengan membawa visi untuk terwujudnya lembaga independen yang dipercaya oleh masyarakat, mempunyai kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan internasional, BWI hadir sebagai regulator dan jembatan bagi para nazhir dan waqif dalam mengelola wakaf di Indonesia. Selama 14 tahun berdiri, BWI sudah banyak mewadahi dan membina sebanyak total 272 nazhir yang tersebar dari 34 provinsi di Indonesia. BWI telah memberikan fondasi penting bagi regulasi pengelolaan wakaf, pengembangan kapasitas nazhir, sekaligus percepatan pembangunan negara.

Seiring perkembangan teknologi digital saat ini BWI juga telah menyediakan aplikasi e-services untuk kemudahan berwakaf, baik bagi wakif maupun nazhir. Kehadiran layanan digital ini ditujukan untuk mendorong masyarakat, khususnya millenialls untuk mulai berwakaf sebagai alternatif investasi jangka panjang yang bermanfaat baik di dunia maupun akhirat. Berbagai inovasi tersebut diharapkan dapat membawa perwakafan di Indonesia semakin berkembang pesat di masa depan.

Momen hari lahir ke-14 BWI kali ini patut menjadi refleksi bersama bagi setiap pelaku perwakafan di Indonesia. Khususnya bagi para lembaga nazhir seperti Wakaf Salman ITB, kontribusi BWI berperan penting dalam pengembangan kompetensi nazhir sehingga mampu mendorong pembangunan negara melalui program-program wakaf produktif. Hal ini sesuai dengan tagline yang diangkat “Sinergi untuk Negeri: Wakaf untuk Kesejahteraan, Dakwah, dan Kemartabatan”, maka sepatutnya wakaf mulai kita gaungkan bersama sebagai solusi untuk kesejahteraan masyarakat.

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *