Jakarta – Pemerintah RI dan Sudan sepakat mengoptimalkan kolaborasi bilateral dalam tiga bidang stategis. Kesepakatan ini diambil pada saat pertemuan antara Kementerian Agama (Kemenag) RI dan Kementerian Luar Negeri Sudan di Jakarta. Ketiga bidang tersebut adalah keagamaan, pendidikan Islam, dan pemberdayaan ekonomi melalui wakaf dan zakat.
“Kerja sama ini untuk memantapkan dan pengembangan program yang sudah ada, bahkan tak menutup kemungkinan untuk membuat terobosan inovasi,” ujar Menag Suryadharma Ali yang hadir pada pertemuan tersebut, pekan kemarin. Pada pertemuan tersebut, Menag didampingi Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, Dirjen Pendis prof Nur Syam, Dirut PTAI Dede Rosyada, dan pejabat Kemenag lainnya.
Di pihak Sudan, tampak di antaranya, Menlu Ali Ahmed Karti, Direktur Hublu Sudan Ahmed Yousif, Direktur Kerja Sama Asia Sawsan Abdulmajid, Dubes Sudan untuk RI Ibrahim Bushra M Ali, serta pejabat Kedubes Sudan Salih Mohammed Ahmed dan Tarig Ahmed Salih.
Menurut Menag, RI-Sudan memiliki banyak kesamaan, baik dari segi umat beragama maupun nonagama. Begitu juga model pendidikan dan praktik kependidikannya. “Untuk itulah, sangat pantas jika kerja sama bisa terjalin dan bersama-sama membangun kekuatan umat Islam dengan pendidikan dan perekonomian. “Kerja sama ini sangat penting sekali dilakukan,” katanya.
Sebenarnya, tutur Menag, pada tahun 2001, RI-Sudan sudah pernah meneken MoU tentang pendidikan dan keagamaan. “Karena itulah, pertemuan ini penting untuk memperkuat kerja sama yang pernah dilakukan. Kendati masih ada kekurangan dan perlu kajian ulang. Syukur-syukur kerja sama ini bisa menambah program dan ke depan akan lebih baik,” ucap Menag.
Sementara itu, Menlu Sudan Ali Ahmed Karti menyambut baik kesepakatan dan usulan tersebut. Pihaknya akan melaporkan hasil pertemuan ke Pemerintah Sudan, dan akan segera menindaklanjutinya. “Kami merespons baik hasil pertemuan ini, dan akan segera kami realisasikan setelah kami mendalaminya,” ujarnya. (Kemenag/ant)