Ada sebuah keluarga dari Tunisia. Kepala keluarga itu bernama Muhammad Al Fihri. Keluarga ini dikenal terpandang. Mereka dikenal punya kepedulian dan kepekaan kepada sesama manusia. Jiwa sosial mereka begitu tinggi.
Muhammad Al Fihri memiliki tiga anak. Satu anak laki-laki dan dua putri yang mewarisi nilai-nilai sosial dalam keluarga itu. Suatu hari qadarullah, sang ayah, suami, dan anak laki-laki keluarga Muhammad Al Fihri meninggal dunia. Mereka meninggalkan dua perempuan bersaudara, yakni Fatimah Al Fihriyyah dan Maryam Al Fihriyyah. Sang ayah juga meninggalkan warisan yang fantastis untuk keduanya.
Keluarga adalah madrasah pertama anak-anak. Atas didikan yang baik dan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala, saat itu Fatimah & Maryam berpikir tidak akan menghabiskan warisan begitu saja. Atau memilikinya untuk membahagiakan diri sendiri. Mereka juga ingin, sosok keluarga yang telah meninggalkan mereka bisa mendapatkan kebahagiaan yang sama. Karena itulah, mereka melakukan ini.
Fatimah membangun sebuah masjid di Kota Fez, Maroko. Namanya, Masjid Al Qawariyyin. Sementara itu, Maryam juga membangun masjid bernama Al Andalus di Spanyol. Berawal dari kedua masjid inilah, praktik wakaf yang dilakukan keduanya telah merintis masa depan pendidikan yang lebih baik. Kedua masjid tersebut dikembangkan menjadi sebuah universitas.
Bukan tempat menuntut ilmu biasa, tetapi muncul ke wajah peradaban menjadi kiblat dunia pendidikan modern. Universitas pertama di dunia itu bernama Universitas al-Qawariyyin atau Al-Karaouine. Nama ini digunakan berdasarkan tempat kelahiran dari putri keluarga Muhammad Al-Fihri ini, yaitu Qayrawan di Tunisia.
Sekilas Pembangunan & Pengaruh Universitas al-Qawariyyin Pembangunan tidak langsung dimulai dengan blue print universitas. Tetapi diawali dengan pembelian tanah wakaf dari seorang pria dari suku “Hawaara”. Setelah tanah tersedia, kemudian masjid, dan akhirnya wujud dari Universitas al-Qawariyyin. Pembangunan dilaksanakan sejak awal bulan Ramadan tahun 254 Hijriah atau sekitar 859 Masehi. Dilansir dari Amazing Wakaf, Masjid Al Qawariyyin dibangun dengan struktur yang hampir sama dengan Masjid Qayrawan di Tunisia. Aula salat beratap atau yang disebut dengan mughatta hanya terdiri dari empat shaf aisle (barisan tiang yang membentuk sebuah lorong) dengan panjang 30 meter, sedangkan di sebelah barat aula tersebut dibangun sebuah halaman terbuka dan menara.
Sejak pembangunan berlangsung, Fatimah yang bergelar Umm al-Baninin mengawasi sendiri proses pembangunan masjid yang terkenal dengan sebutan Jami’ as-Syurafa’. Atas keinginan agar masjid tidak hanya menjadi sarana beribadah semata, Fatimah juga menyumbangkan perpustakaan pribadi milik keluarganya untuk kepentingan publik. Alhasil, masjid ini menjadi salah satu yang termegah di Afrika Utara. Semasa abad ke-10, Universitas al-Qarawiyyin menjadi lembaga keagamaan pertama dan universitas pendidikan Arab terbesar di Afrika Utara. Atas jasanya ini, bahkan Fatimah memiliki julukan tersendiri yang diketahui para sejarawan. Dilansir dari National Geographic, sejarawan Mohammed Yasser Hilali kepada Deutsche Welle mengatakan bahwa selama hidupnya, Fatima disebut “ibu dari anak laki-laki”. Julukan ini diduga berasal dari amalnya dan fakta bahwa dia (Fatimah) membawa siswa di bawah sayapnya.
Fakta mengejutkannya Sahabat Wakaf Salman, universitas tertua ini telah meluluskan berbagai ilmuwan kelas dunia. Sebut saja beberapa nama seperti Abu Imran, al Idrisi, Ibn Rashid as Sabti, dan Abu Madhab al Fasi telah menjadi akademisi di Universitas al Qawariyyin. Selain itu juga, latar belakang pendiri yang seorang muslimah, tidak menghalangi intelektual Kristen dan Yahudi untuk belajar di sini. Filsuf Prancis Roger Garaudy menyebut al Qarawiyyin sebagai percontohan pertama bagi pendirian kampus-kampus di Barat.
UNESCO mengakui Universitas al Qawariyyin sebagai instistusi pendidikan tinggi pertama dan tertua yang pernah dibangun dibandingkan Universitas Al Azhar Mesir (970M), Universitas Bologna di Italia (1088M), atau Universitas Oxford di Inggris (1096M). Hingga kini, pakaian mahasiswa (toga) berbentuk segi empat ala Fatimah al Fihri masih dipakai oleh kampus-kampus di segenap penjuru dunia. Simbol yang terinspirasi oleh bentuk Ka’bah di Makkah, sebagai kiblat umat Islam.
Bagaimana Sahabat Wakaf, sudahkah kita tahu sejarah yang penting ini? Tentunya, kisah ini insyaallah semakin meningkatkan kebanggaan kita sebagai Muslim. Juga seharusnya meningkatkan semangat kita untuk senantiasa menginspirasi seperti Fatimah al Fihriyyah dengan wakafnya. Demi bersama-sama menuju peradaban yang lebih baik dengan pemerataan pendidikan dan kesejahteraan umat, Wakaf Salman juga mengelola program Wakaf Masjid, Wakaf Pendidikan, dan Infak untuk mendukung anak-anak Indonesia membangun bangsa & agama.
Penulis: R. Ika Lestari Widianti/Wakaf Salman ITB