Wakaf untuk Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat

 

Bukittinggi (4/3/09) | Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Syahiral Ilmi yang dahulu menumpang di SD Inpres Luak Anyia Bukit Gulai Bancah Bukittinggi, tidak lama lagi akan memiliki bangunan sekolah sendiri. Rencana pembangunan gedung SDIT yang dahulu bermula dari Sekolah Luar Biasa (SLB) telah ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Wali Kota Bukittinggi.

 

Lokasi bangunan berada di Koto Dalam Parak Congkak, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, dekat Puskesmas Nilam Sari dengan luas lahan sekitar 1.200 meter persegi. Tanah itu sendiri merupakan wakaf dari salah seorang orang tua murid di SDIT Syahiral Ilmi, yang juga warga Koto Dalam Parak Congkak.

Menurut Ali Amalia, Ketua Yayasan Permata Bunda yang menaungi SDIT tersebut, awalnya sekolah yang mereka kelola dan tidak lama lagi akan memiliki bangunan sendiri adalah sebuah SLB dengan nama Permata Bunda. SLB tersebut didirikan sejal 2003 lalu, bertujuan mendidik anak-anak penderita autis yang memerkukan perhatian khusus.

Dalam perkembangannya, ternyata sekolah itu berhasil membantu anak-anak dengan keterbelakangan jiwa, fisik dan mental. Sehingga juga membutuhkan jaring pendidikan dasar yang lebih luas, terutama menerima dan melanjutkan pendidikan terhadap anak-anak dengan keterbelakangan. Maka kemudian didirikanlah SDIT dengan basis pendidikan terpadu dan melingkupi beberapa aspek.

Di antaranya, sambung Eli Amalia, memberikan pendidikan terpadu Madrasyah Diniyah Awaliyah (MDA), pendidikan Cerdas Istimewa, Inklusi, pendidikan reguler dan pendidikan anak dengan penyimpangan perilaku serta cacat. Di mana seluruh pendidikan yang diberikan berbasis agama, yang terintegrasi dengan seluruh sistem pendidikan terpadu yang diberikan.

”Kami dari Yayasan Permata Bunda juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada wali kota dan Dinas Pendidikan Bukittinggi, karena sejak awal kehadirannya Yayasan ini dibantu sepenuhnya oleh pemerintah. Termasuk meminjamkan kontrak SD Inpres selama hampir 10 tahun, dan pembinaan pengawasan internal maupun kualitas,” kata Eli Amalia.

Wali Kota Bukittinggi Djufri sebelum mengharapkan, donatur bisa terus berdatangan membantu penyelesaian pembangunan sekolah tersebut. Termasuk upaya untuk menambah luas lahan pembangunan, atau biaya pembangunan hingga selesai.

”Dengan luas tanah 1.200 meter persegi ini tentu tidak banyak fasilitas yang dapat didirikan. Sementara SDIT tentu perlu lahan bermain anak-anak dan fasilitas pendukung lainnya. Pemerintah akan ikut membantu tercapainya rencana ini,” ujarnya. (padek)

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *