Semarang – Bila dikelola secara produktif, harta wakaf mempunyai potensi besar, terutama untuk mendukung pendidikan Indonesia yang hingga kini masih terseok. Keuntungan yang dihasilkan dari harta wakaf untuk usaha produktif, dapat digunakan sebagai sumber beasiswa pelajar yang kurang mampu, mendongkrak kesejahteraan sosial, mengembangkan pendidikan, dan masih banyak lagi fungsi lain.
Hal tersebut dikemukakan Abdurrohman Kasdi, saat mempertahankan disertasi di depan para penguji, dalam ujian terbuka program doktoral IAIN Walisongo, kemarin. Abdurrohman berhasil menjadi doktor kedua di bidang hukum Islam yang diluluskan IAIN Walisongo. Secara keseluruhan, dia merupakan doktor keenam yang diluluskan lembaga pendidikan tersebut.
Meski begitu, gelar doktor terasa istimewa. Sebab, dia merupakan orang pertama yang lulus secara cumlaude dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,76.
Bisa Meniru
Dalam disertasi yang dipromotori Prof Dr Muhammad Tholhah Hasan dan Rektor IAIN Walisongo, Abdurrohman merujuk pada pengelolaan wakaf oleh lembaga pendidikan Al Azhar di Kairo. Sejak mula berdiri pada 970 M atau 359 H, Al Azhar memang didanai dari harta wakaf. Bahkan pada awal abad ke-19, harta wakaf yang dikelola secara produktif, pernah mencapai sepertiga dari kekayaan Mesir.
”Dari hasil usaha ini, Al Azhar antara lain bisa menggratiskan biaya pendidikan dari SD sampai universitas, walaupun siswa dan mahasiswa datang dari berbagai penjuru dunia. Untuk universitas, hanya fakultas di bidang umum yang membayar. Itu pun sekadar biaya administrasi. Al Azhar juga bisa menggaji pegawai, dosen, dan lain-lain dari keuntungan wakaf ini,” urai alumnus salah satu universitas tertua di dunia itu.
Bila konsep seperti ini bisa ditiru di Indonesia, Abdurohman yakin akan mampu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Juga membuka kesempatan kepada orang-orang miskin untuk dapat menikmati pendidikan layak dan berkualitas.
”Lembaga wakaf yang bergerak dalam bidang pendidikan hendaknya bisa mencontoh model pengelolaan wakaf Al Azhar. Bila wakaf dikelola secara produktif, akan dapat mengurangi beban biaya pendidikan, sehingga meringankan peserta didik,” tandas pengajar STAIN Kudus tersebut. (J21-75/Suara Merdeka)